KELAS IBU MENYUSUI DI DESA PANGADEGAN

Pada hari Kamis (27/02/2014) bertempat di Balai Desa Pangadegan diadakan kegiatan Kelas Ibu Menyusui.  Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pengurus Program PNPM Generasi Cerdas dan Sehat Desa Pangadegan bekerjasama dengan UPTD puskesmas Rancakalong.  Materi yang disampaikan pada kegiatan ini tentang Jenis-Jenis ASI dan Manfaatnya, yang disampaikan oleh Nutrisionis/Petugas Gizi dari UPTD Puskesmas Rancakalong.

Dokumentasi :
 



 

Related Posts:

Dengan SE Menkes Ini, Pasien JKN Kronis Bisa Dapat Obat Lengkap

Jakarta, Tak hanya masalah kepesertaan dan pendanaan, beberapa pasien penyakit kronis peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) juga mengeluhkan terbatasnya pemberian obat. Jika sebelum JKN mereka bisa mendapatkan obat untuk 30 hari, kini dibatasi hanya untuk maksimal 5 hari.
"Pengaduan terbanyak selama sebulan pelaksanaan JKN ini memang terkait obat, terutama obat-obat penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, thalassemia, dan termasuk kanker. Sebelumnya bisa dapat obat langsung untuk 30 hari," ujar Direktur Hukum Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga, Purnawarman Basundoro, dalam konferensi pers yang diadakan di Media Center BPJS Kesehatan, Jl Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta, Jumat (7/2/2014).
Nah, dengan terbitnya Surat Edaran (SE) Menkes Nomor HK/Menkes 32/I/2014 tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, diharapkan dapat menjadi solusi terhadap peresepan obat kronis dan obat kemoterapi yang sebelumnya menjadi keluhan oleh peserta JKN. Penjelasan teknis tersebut antara lain:

1. Penjelasan untuk Obat Kronis

- Pemberian obat untuk penyakit kronis dapat langsung diberikan untuk kebutuhan 30 hari.
- Bagi peserta dengan penyakit kronis yang telah dinyatakan dalam kondisi stabil oleh dokter spesialis/sub spesialis yang merawat, maka peserta tersebut dapat mengikuti Program Rujuk Balik.
- Pelayanan obat Program Rujuk Balik dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama sesuai dengan peresepan obat yang diberikan oleh dokter spesialis/sub spesialis di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan untuk kebutuhan 30 hari.

2. Pemberian Obat Kemoterapi, Thalassemia, dan Hemofilia

- Di samping dapat diberikan di fasilitas tingkat ketiga, obat hemofilia, thalassemia, dan hemofilia dapat juga diberikan pada faskes tingkat kedua dengan mempertimbangkan kemampuan fasilitas kesehatan dan kompetensi SDM kesehatan.
- Obat kemoterapi, thalassemia, dan hemofilia dapat diberikan dalam pelayanan rawat jalan maupun rawat inap.
- Pada masa transisi, obat kemoterapi baik rawat jalan maupun rawat inap ditagihkan secara fee for service di luar paket INA-CBG's.

"Obat-obat akan memakai sistem Formularium Nasional (Fornas) dan e-Katalog. Pola teknis bagaimana ketersediaan obat itu akan kita lakukan seperti dalam DPHO (Daftar dan Plafon Harga Obat -red-) di Askes dulu. Kendala-kendala lain masih akan menjadi pekerjaan rumah bagi kami," terang Purnawarman.

Related Posts:

Hapus Mitos Tentang Kanker

Hujan yang mengguyur Jakarta, tidak membuat para relawan, pasien, dan tenaga medis yang sudah berkumpul sejak pukul 05.00 WIB ini kehilangan semangat. Ratusan orang berbaju kuning ini berkumpul di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk memperingati Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada Selasa, 4 Februari 2014. Acara ini dibuka oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U (K) dan selanjutnya ratusan orang ini turun ke jalan membagikan buku saku mengenai mitos kanker, bunga dan kalender kepada pengendara mobil dan motor. Mereka terbagi di kawasan Bunderan Senayan, Tugu Tani, Salemba, Kantor Kemenkes dan di RSCM sendiri.
Acara ini merupakan salah satu bentuk dukungan untuk para penderita kanker dan untuk mengingatkan kepedulian masyarakat tentang kanker dan meningkatkan kesadaran mereka tentang pola hidup sehat. Tema acara tahun ini yakni "Debunk The Myths! Ada 4 mitos yang menjadi perhatian dalam peringatan Hari Kanker Sedunia tahun ini. Keempatnya adalah sebagai berikut:
1. Mitos bahwa membicarakan kanker adalah tabu.
2. Mitos bahwa kanker menyerang tanpa gejala sama sekali.
3. Mitos bahwa kanker adalah takdir, tidak ada yang bisa dilakukan kalau sudah terkena.
4. Mitos bahwa pengobatan kanker hanya hak orang-orang tertentu.
Akibat dari mitos ini, pencegahan susah dilakukan, khususnya dari kalangan masyarakat. Padahal, pemeriksaan penting dilakukan untuk mendeteksi kanker sedini mungkin. Makin dini kanker terdeteksi, makin besar pula peluang untuk mengontrolnya. Tindakan pencegahan pun akan lebih mudah dilakukan, kalau semua orang terbuka untuk membicarakan kanker.
Dan yang paling penting adalah kesadaran menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat agar tidak sampai terkena kanker. (sat)


Related Posts:

Sudah Waktunya Melek Bahaya Merokok

Beberapa orang mengenakan kostum  hitam dan baju  bertuliskan "Sudah  Waktunya Indonesia Melek Bahaya  Rokok"  dan berbagai pesan lainnya  tentang bahaya merokok, Minggu  (2/2) di  Bundaran Hotel Indonesia. Inilah  sosialisasi tentang  bahaya merokok  yang dimotori oleh Komunitas  Pengendalian  Tembakau. Ada yang unik  dari sosialisasi ini, yaitu penggunaan  kotak menyerupai box rokok dengan gambar-gambar penyakit  akibat merokok dengan peserta yang memakainya berdandan  ala zombie. Selain itu, beberapa aktivis komunitas membagi- bagikan brosur dan mewawancarai masyarakat yang sedang  olah raga di sekitar lokasi acara.
Melalui kampanye ini, diharapkan dukungan masyarakat untuk membangun kesadaran mereka akan bahaya rokok, juga memotivasi mereka agar berhenti merokok.
Untuk meningkatkan perlindungan masyarakat Indonesia, pemerintah sudah mengeluarkan Permenkes No 28 Tahun 2013 yang mewajibkan perusahaan rokok mencantumkan salah satu dari lima gambar bahaya merokok dalam bungkus rokok. Peraturan inilah yang diharapkan melalui kampanye ini sudah diterapkan pada 24 Juni 2014 mendatang.
Berdasarkan hasil survei Global Adult Tobacco Survey tahun 2011, Indonesia memiliki prevalansi perokok aktif tertinggi dimana 67,4 persen pria dewasa dan 4,5 perempuan dewasa atau secara keseluruhan sebanyak 36,1 persen orang dewasa mengkonsumsi tembakau baik dengan asap (merokok) maupun tanpa asap. Bahkan kebiasaan merokok di kalangan anak meningkat pesat dalam 10 tahun terakhir, dimana anak usia 13-15 tahun merupakan perokok aktif, demikian dicantumkan dalam rilis yang dikeluarkan Komunitas Pengendali Tembakau.
Dengan kondisi konsumsi rokok di Indonesia yang sudah sangat mengkhawatirkan ini, kampanye bertemakan "Sudah Waktunya Melek Bahaya Rokok" adalah sebagian kecil dari usaha-usaha guna menanggulangi gempuran strategi merketing rokok yang sangat agresif. Tentunya diharapkan kegiatan serupa yang lebih besar dan menyeluruh untuk menaggulangi masalah merokok di Indonesia.(sat)
  

Related Posts: